Minggu, 28 Juni 2009

Komisi Anak

KOMISI ANAK


Ketua I : Ibu Rustini
Ketua II : Ibu Aswiyah
Sekretaris I : Ibu Susilo Adi
Sekretaris II : Sdr. Atin Wihartati
Bendahara I : Ibu Hari Supriyatmono
Bendahara II : Ibu Sutriyani
Anggota : Ibu Kristianingsih



Ibu Marwiyati



Ibu Satiman



Ibu Yuli Sutana

LIVE IN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU

GKJ CILACAP UTARA GUMILIR

Jeruklegi , 21 Juni 2009

Oleh : Shima Pangestika


SEHARI JADI ORANG DESA

Pada hari Minggu, 21 Juni 2009, kami anak-anak sekolah minggu mengikuti acara Live in di desa Persil, Jeruklegi. Kegiatan di mulai pukul 10.00 – 15..00 dengan 2 season berbeda. Kegiatan tersebut bertema “Hidup Jadi Orang Desa”. Kami belajar banyak hal dari apa yang kami alami, dan hampir semua baru buat kami.. Diawali dengan mengamati cara membuat gula merah sampai berkebun.

Apa yang selama ini kami lihat sebagai gula merah, ternyata dibuat dengan proses yang rumit dan panjang. Diawali dengan mencari nira langsung dari pohon kelapa. Kami belajar cara mencari nira dari manggar, yang membutuhkan wantu 2-7 hari. Sebelum nira keluar ujung manggar disayat longitudinal selama pagi dan sore. Nira akan ditampung di bambu yang disebut pongkor. Pengambilan nira perlu ketelitian dan ketekunan karena harus memanjat pohon kelapa yang tingginya lebih dari 5 kaki. Ditambah nira yang dihasilkan terkadang tak sebanding dengan kesulitan memperolehnya. Setelah nira terkumpul, nira dimasak dalam penggorengan besar selama + 5 jam. Selama dimasak nira harus sering diaduk. Setelah matang nira dicetak ke cengkong/cetakan dari bambu. Proses pencetakan gula disebut nitis.

Season berikutnya kami belajar berkebun. Kami belajar menggunakan cangkul, cara menanam benih dan talas. Selain itu kami juga belajar mengolah tanah dari menyiangi rumput sampai membalik tanah yang tandus. Selama ini kami hanya tahu kalau hasil ladang hanya dapat diperoleh di pasar. Namun perlu proses untuk menanamnya sampai memanennya. Terlebih dengan terik matahari yang melelahkan.

Perjalanan kami berakhir dengan acara makan bersama. Di acara live in tersebut kami juga disuguhi makanan-makanan desa yang enak dan jarang kami makan. Hal ini menambah keunikan dan kesukaan tersendiri untuk kami. Meski lelah dan badan terasa sakit, kami bersyukur atas acara live in ini.

Acara ini mengajarkan kami untuk menghargai kesusahan orang lain. Dan tekun mengusahakan kehidupan kami tanpa melupakan Tuhan dan kesederhanaan hidup..


PENCARI NIRA

Pak Wardi seorang pemanjat pohon kelapa untuk mencari nira. Beliau bekerja sebagai pencari nira sejak tahun 1973 – sekarang. Usia tak menyurutkan niatnya untuk mencari nira guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam menekuni pekerjaannya beliau belum pernah sekalipun terjatuh. Padahal tidak jarang ia mencari nira pada pagi-pagi buta tanpa penerangan apapun. Karena nira yang bagus diambil dari dini hari sampai jam 11.00.. Teladan yang dilihat dari sosok Pak Wardi bukanlah karena beliau belum pernah jatuh dari pohon, melainkan karena keuletan dan semangatnya untuk bertahan hidup. Dalam sehari beliau memanjat pagi dan sore untuk menyayat manggar atau untuk mencari nira, dan minimal ia memanjat 20 batang pohon kelapa. Tapi pekerjaan itu dilakoni beliau dengan senang hati dan penuh rasa syukur. Meski pekerjaannya melelahkan ia tak pernah lupa akan Tuhan. Dan beliau selalu menjawab panggilan Tuhan untuk melayani di gereja. Beliau membuktikan bahwa pekerjaan tak pernah menghalangi kerinduannya akan Tuhan. Bahkan beliau rela nderes pukul 3 pagi hanya agar dapat pergi ke gereja.

Dari cara hidup beliau, Tuhan menunjukkan bahwa pekerjaan seharusnya tidak menghalangi kita untuk dekat dengan Tuhan. Dan keuletan adalah harga mati untuk belajar mensyukuri hidup. Jika kita tengok perjalanan hidup Pak Wardi yang dimulai dengan membuat nira hanya 2 kg sampai sekarang + 10 kg, bukanlah itu bukti keuletan beliau dalam menjalani hidup.


BELAJAR DARI MANISNYA NIRA

Nira yang baru diambil dari pohon kelapa, adalah minuman yang mengandung alkohol. Rasa manisnya membuat peminumnya pusing. Demikianlah awal dari manusia belajar untuk mengetahui apa yang dilihat. Apa yang dilihat manis tapi terkadang mengandung akibat memabukan jika tidak dipilah dan diolah dengan baik. Seperti nira kelapa yang kita minum langsung tanpa diolah maka akan membuat kita pusing.

Mengetahui bukan dari apa yang kita rasa dan kita lihat, membuat kita belajar untuk mencari akibat yang dibawa oleh rasa ingin tahu kita. Hal ini sama dengan kita meminum nira yang sudah dimasak, kita meminimalisir akibatnya. Bersikap bijak pada rasa ingin tahu kita, akan membuat kita belajar untuk tidak tergesa-gesa. Dan menghindarkan kita dari akibat buruk.

Saat nira dimasak dan terasa manis yang aman untuk diminum. Itulah rasa manis yang akan Tuhan berikan karena kita sudah belajar mengolah dan menganalisis rasa ingin tahu kita. Dan tambahan es atau diolah menjadi gula, itu membuat nira lebih enak dinikmati, dan digunakan. Begitu juga rasa ingin tahu, rasa itu takkan hilang tetap terasa manis namun dapat bermanfaat dan tidak menyesatkan kita. Sehingga kita tidak menyalahgunakan rasa ingin tahu kita, dan terlebih kita tidak menyalahgunakan kepercayaan Tuhan pada kita. (Shima Pangestika)


"LIVE IN"
oleh Bambang S

Pada hari minggu, 21 Juni 2009 dilaksanakan kegiatan "live in" yaitu suatu kegiatan mengajak seluruh anak sekolah minggu untuk mengenal kehidupan warga masyarakat di daerah Pasren -Jeruklegi yang mempunyai mata penghasilan sebagai penderes kelapa yakni pada keluarga Bapak Suwardi serta sebagai petani pada keluarga Bapak Sudarno keduanya warga GKJ Cilacap Utara Blok Pasren.

Kegiatan ini sendiri adalah sebuah gagasan yang diungkapkan oleh ibu Rumi Rahmawati yang mempunyai keinginan agar anak-anak sekolah minggu dalam mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat bagi diri mereka yakni dengan memperhatikan kehidupan lingkungan sekitar mereka, sehingga mereka menjadi anak-anak yang peduli kepada lingkungan. Pada awalnya rencana kegiatan live in memiliki waktu tinggal yang lama pada keluarga tersebut, yakni mereka mengikuti benar-benar kehidupan keluarga yang mereka ikuti mulai dari bangun tidur hingga mereka tidur kembali, mengikuti berbagai aktrivitas sepanjang siang dan malam sehingga mereka/anak-anak tersebut dapat memahami betapa beratnya kehidupan seorang dalam mencari sesuap nasi. Namun setelah diperbincangkan dalam rapat guru sekolah minggu dengan pertimbangan berbagai hal maka diputuskan untuk melakukan live in hanya setengah hari.

Maka sesuai rencana sekitar pukul 6.00 WIB pagi, anak-anak yang menyatakan bersedia berkumpul di ruang sekolah minggu dan selanjutnya dengan menggunakan 4 kendaraan roda 4 : ( Pak Gerson-disupiri Sapto, Pak Hendro, Pak Susilo Adi, dan Pak Sutana) dan juga diiringi oleh 2 motor yakni Bapk Sarjono sekalian dan juga aku mereka berangkat beriringan menuju GKJ Jeruklegi + 10 Km dari Cilacap, ternyata disana telah menunggu ibu Satiman yang sedang memimpin nyanyi anak-anak bareng dengan Mba Shima, dan selanjutnya mengikuti kegiatan Sekolah Minggu bersama anak-anak Jeruklegi hingga selesainya kebaktian minggu itu. Saat itu mereka diasuh oleh ibu Sutana yang membawakan cerita tentang kebesaran Tuhan terhadap Ciptaan alam semesata ini dan tanggungjawab kita terhadap alam ini yakni memelihara alam tersebut.

Ketika sampai di rumah Bapak Suwardi mereka berbahagia ternyata rumah tinggal beliau terlihat sejuk dan rimbun dengan berbagai tumbuhan yang tumbuh di sekitar rumah beliau, dan yang menarik adalah mereka merasakan kehidupan yang sangat jauh dari keseharian mereka di perkotaan yang penuh hiruk-pikuk suara berbagai kendaraan yang lalu lalang, mereka merasakan bahwa kehidupan di jeruklegi terasa sangat tenang.

Pak Suwardi menceritakan bagaimana proses pembuatan gula, yang dimulai dengan memberikan obat pengawet pada "pongkor" bambu dan membawa pongkor tersebut ke atas pohon kelapa untuk dipasang pada 'manggar' kelapa. Secara hati-hati pak wardi naik ke atas pohon kelapa, meskipun usianya telah lebih dari 50 tahun tetapi dalam seharinya dia mampu naik-turun 25 pohon kelapa dalam satu harinya paling tidak 5 kg gula dihasilkannya.
Dari atas pohon kelapa sambil tetap berpegangan pada batang daun dia mengajari kami cara membuat "manggar" siap ambil niranya sekitar 3 hari lagi.

Pak Sarjono, pak Hendro, dan adik-adik yang ikut mencicipi air nira yang baru turun dari pohon kelapa, terasa memabukkan juga kalo kebanyakan.

Selanjutnya melanjutkan juga ke kebon jenitri milik pak Sudarno yang rencana untuk ikut menanam jenitri, tapi karen pohon itu telah ditanam sebelumnya maka disana anak-anak hanya menanam pohon lumbu, tapi meskipun hanya lumbu merekapun kelelahan harus mencangkul dan menanamnya hingga keringat mereka bercucuran.

Setelah itu melepas lelah sejenak di rumah Bpk Sudarno untuk menikmati "getuk" sambil menggelar tikar di ruang tamunya. Menurutnya pekerjaan beliau macam-macam yakni sebagai petani, penjahit dan tukang, segala macam yang mampu dikerjakanya. Depan rumah beliau tumbuh dua hingga tiga pohon jenitri yang mulai meninggi.

Tiba saat makan siang, serbu..... dengan hidangan yang cukup sederhana ala masakan kampung semua terlihat menikmatinya bahkan satu piring mundung mereka ambil. Tersedia juga "oyek" makanan yang luama.... ngangenin, yang suka pak Hendro dan dan Sarjono malahan nanduk/tambah lagi. Ada juga jewawut yang dimasak.

Istirahat sejenak, sambil nunggu air nira yang dimasak mulai mengental manjadi gula di dapur milik Bu Suwardi yang penuh dengan jelaga hitam karena memasaknya menggunakan kayu, masaknya lebih dari 3 jam agar hasil gulanya baik, tidak menjadi gula "gemblung". Setelah dicetak dalam bumbung bambu jadi kurang lebih 2,5 kg hasil tersebut dibagi rata bagi seluruh peserta kurang lebih 30 orang.

Acara selanjutnya ditutup dengan menanam pohon sawo dihalaman rumah pak Suwardi, dan diberikan kenang-kenangan bagi keluarga Pak Suwardi dan Pak Sudarno sambil mengucapkan terimakasih atas segala kebaikannya sekalian pamit.

Yah kenangan indah, tapi nyampai dirumah badanku jadi "masuk angin" harus dikerokin, besok siangnya badan ini rasanya meriang-panas-dingin, hingga dua harian ke depan. ya udah tua kali, diluar sebentar aja badan ini ndak kuat.
Sampai jumpa kegiatan selanjutnya. Salam Cintai Alam.


[HOME]


Copyright 2009 by GKJ Cilacap Utara, Jalan Dr. Cipto Np. 10 Cilacap 53231,
Cilacap, Jawa Tengah,Indonesia.
Maintained by gkjcitara@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.